Minggu, 18 Januari 2009

MAU DIBAWA KEMANAKAH NEGERI INI

reformasi sudah berjalan 10 tahun, semenjak runtuhnya orde baru. tetapi apa yang kita dapatkan dari perubahan tersebut ? kebebasan ..... ? hanya itu mungkin, tapi kita tidak tahu dampak apa yang terjadi ketika orang bebas menyampaikan apa saja yang mereka maui. banyak pemimpin-pemimpin kita sebelum menjabat adalah orang-orang yang pandai mengkritik pemrintah, tetapi ketika sudah duduk di tempat yang enak, mereka langsung diam (enak juga rupanya, gumam mereka).
di media elektronik kita sering melihat acara-acara yang menampilkan diskusi, mulai dari pakar hukum, politik, pakar .... apa saja, tokoh ini tokoh itu, pengamat ini pengamat itu, dari yayasan ini dan yayasan itu. tadak usah jauh-jauh kita melihat dan mendengar, ketika harga LPG dinaikkan oleh pemerintah, dari yang mengaku perwakilan YLKI teriak-teriak tidak setuju, dengan dalih rakyat kecil dan setiap detik muncul di media elektronik (TV), ehhhhh.... lama-lama hilang dari layar kaca dan ironisnya kenaikan tetap saja berjalan.
kenapa kok tidak sampai berhasil, kenapa kok tidak dilanjutkan perjuangannya membela rakyat kecil, kenapa tidak dibela sampai titik darah penghabisan ?
apa yang teriak-teriak itu sudah ditutup dengan lembaran rupiah...?
jadi kesimpulan saya, di negeri ini tidak ada yang tidak berbau kolosi, korupsi, nepotisme, lantas kalau terus menerus begini, MAU DIBAWA KEMANA NEGERI NAN BESAR INI..............?

PESTA DEMOKRASI atau PESTA MENGHABISKAN UANG RAKYAT

kita melihat di media massa atau di media elektronik orang-orang yang haus kekuasaan dan haus jabatan berorasi, ada yang menjadi caleg tingkat kabupaten, propinsi, bahkan pusat. juga kita lihat beberapa dari anak bangsa kita, ingin maju menjadi pemimpin negara. dengan dalih demi rakyat, mereka mengobral janji-janji. mulai dari kesehatan gratis, sekolah gratis, menjanjikan lapangan pekerjaan, termasuk ingin membuat rakyat tidak kelaparan.
semua hanya janji dan isapan jempol belaka, karena begitu sudah duduk di kursi empuk dan ruangan ber-AC, mereka lupa dengan janji mereka ketika mereka masih menjadi calon. boro-boro berpikir untuk rakyat, mereka lebih berkonsentrasi mencari jalan bagaimana bisa mendapatkan uang untuk pengganti dana yang mereka keluarkan ketika mereka masih menjadi calon, karena notabenenya mereka menggunakan uang untuk mempermudah menarik simpati rakyat.
belum lama penulis mendengar crita dari tetangga sebelah, bahwa mertua temannya sekarang jadi CAMAT dan untuk sebuah jabatan tsb. mertua temannya teman penulis harus merogoh kocek sebasar 100 juta, waoo....... nominal yang fantastis. lantas pertanyaannya, bisakah uang sebesar itu bisa kembali kalau hanya mengandalkan gaji pegawai negeri golongan IV, ironis khan.....? jawabnya, ya.... GITULAH !

Rabu, 07 Januari 2009

SEANDAINYA

seandainya para pemimpin kita mau melihat dan membuka kedua belah matanya, tentunya akan tahu bagaimana dan apa yang terjadi saat ini.
tahun 2009, tahun baru, lembaran baru.
banyak sekali saya melihat betapa ramainya sebagian rakyat kita berlomba mencari kedudukan, tanpa melihat siapa kita.
dengan bermodalkan kekuatan massa, uang dan arogansinya, mereka ramai-ramai mencalonkan diri menjadi anggota calon legislatif.
dan ironisnya, mereka berlomba juga mencari gelar dengan cara membeli ijasah, maka tidak heran kalau didepan dan belakang nama mereka tercantum berbagai gelar.
malah, beberapa waktu yang lalu saya pernah membaca surat kabar Jawapos, ada seorang anggota DPRD yang ketahuan menggunakan gelar palsu, ketika sidang ditanya oleh Hakim, "apa selama ini tidak tahu kalau didepan namanya tercantum gelar Drs", jawabnya "saya tidak tahu kalau selama ini tukang ketik dan sekretaris saya memberi gelar didepan nama saya", menurut saya itu jawaban anak kecil, apa selama ini kalau menandatangani surat sambil tidur alias BUTA ?
itulah profil dari para anggota dewan kita, yang hanya mengandalkan 4 D (DATANG, DUDUK, DENGAR, DUIT), lantas apa yang mau dibawa ke dalam sidang ?
bagaimana negeri ini bisa maju, kalau yang duduk di kantor nan megah saja latar belakangnya bekas PREMAN ?
jadi menurut saya, jadi CALEG buka untuk menyampaikan aspirasi rakyat, tetapi lebih kepada MENCARI PEKERJAAN (?)