Senin, 31 Agustus 2009

markaban ya ramadhan...

Kamis, 25 Juni 2009

JANGAN MELUPAKAN SEJARAH

Dahulu kala ………………..
Ketika jamannya penulis masih duduk di bangku sekolah dasar tahun 70-an, setiap murid harus hafal apa dasar negara kita, apa lambang negara kita, apa lagu kebangsaan kita, siapa pemimpin negara kita dan semua itu harus hafal diluar kepala kita. Sampai-sampai tidak jarang kita mendapat hukuman karena tidak hafal.
Tetapi…………………………
Sekian tahun kemudian, taruhlah era tahun 90-an keatas, penulis mencoba bertanya kepada anak, hal-hal yang menyangkut kenegaraan, contoh apa lagu kebangsaan kita, dia dengan spontan menjawab tidak tahu, apalagi menyanyikannya….
Penulis belum yakin, siapa tahu anak penulis memang bodoh dan tidak mendengarkan pelajaran yang diberikan oleh guru, penulis mencoba bertanya kepada anak-anak tetangga, betapa kagetnya penulis begitu mendapatkan jawaban yang sama dengan anak penulis.
Ironis………………………..
Penulis berpikir, memang anaknya yang bodoh atau memang didalam kurikulum tidak ada dan penulis mencoba menanyakan, apa tiap hari Senin tidak ada upacara bendera ? Dijawab oleh anak-anak bervariasi, ada yang bilang ada dan ada juga yang mengatakan tidak pernah melaksanakan upacara bendera, padahal era penulis sekolah dulu, dari tingkat sekolah dasar sampai menengah, setiap minggu sekali melaksanakan upacara bendera.
Sering penulis menjumpai orang-orang dengan gagahnya menggunakan T-shirt bertuliskan JANGAN MELUPAKAN SEJARAH, menurut pemikiran penulis tulisan itu baik dan mendidik, serta bertujuan mengingatkan kepada generasi muda untuk tidak melupakan sejarah masa lalu. Tetapi kenyataan yang terjadi, kita akan tercengang dan heran, kenapa justru anak-anak tidak banyak yang mengetahui dan memahami sejarah.
Penulis melihat, sekarang ini sudah sangat-sangat jarang, sekolah-sekolah maupun instansi-instansi yang masih mau melaksanakan upacara bendera. Bagaimana bangsa kita akan menghargai sejarah kalau dari usia dini anak-anak kita tidak diajari untuk mengenal sejarah. Untuk itu, pengenalan cinta tanah air sekaligus mengenalkan sejarah harus dimulai sejak anak usia dini.
Cara tersebut, dapat ditanamkan kepada anak sejak usia dini baik di PAUD Non Formal, TK atau RA melalui Tema Tanah Airku, misalnya dengan upacara sederhana setiap hari Senin dengan menghormat bendera Merah Putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan mengucapkan Pancasila. Meskipun lagu Indonesia Raya masih sulit dan panjang untuk ukuran anak usia dini, tetapi dengan membiasakan mengajak menyanyikannya setiap hari Senin, maka anak akan hafal dan bisa memahami isi lagu. Merah Putih bisa diangkat menjadi sub tema pembelajaran.
Kegiatannya bisa diarahkan pada lima aspek perkembangan sikap perilaku maupun kemampuan dasar. Pada aspek sikap perilaku, melalui cerita anak bisa menghargai dan mencintai Bendera Merah Putih, mengenal cara mencintai Bendera Merah Putih dengan merawat dan menyimpan dengan baik, menghormati bendera ketika dikibarkan, serta tidak untuk permainan.
Guru sudah menyediakan banyak bendera dari kertas dengan ukuran kecil, baik bendera yang salah maupun yang benar. Secara berkelompok 3 anak bergantian, anak mencari bendera yang benar, kemudian dihitung bersama-sama, yang mendapatkan paling banyak, dialah yang menang. Tetapi kepada anak tidak dikatakan siapa yang kalah dan siapa yang menang, yang ada adalah kebersamaan, bendera digabung dan dihitung kembali jumlah bendera yang benar yang diperoleh tiga anak tersebut.
Pada aspek bahasa, anak bisa diajak membuat syair tentang benderaku, menirukan syair yang diucapkan guru, atau anak menceritakan pengalamannya sesudah lomba mengelompokkan bendera.
Kegiatan lain adalah memperingati hari besar nasional dengan kegiatan lomba atau pentas budaya, mengenalkan aneka kebudayaan bangsa secara sederhana dengan menunjukkan miniatur candi dan menceritakannya, gambar rumah dan pakaian adat, mengenakan pakaian adat pada hari Kartini, serta mengunjungi museum terdekat, mengenal para pahlawan melalui bercerita atau bermain peran.
Bisa juga diintegrasikan dalam tema lain melalui pembiasaan sikap dan perilaku, misalnya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan, menyayangi sesama penganut agama, menyanyangi sesama dan makhluk Tuhan yang lain, tenggang rasa dan menghormati orang lain. Menciptakan kedamaian bangsa adalah juga perwujudan rasa cinta tanah air.
Yang tidak kalah menariknya adalah menanamkan rasa cinta tanah air melalui lagu. Dengan menyanyi apalagi jika diiringi dengan musik, anak akan merasa senang, gembira, serta lebih mudah hafal dan memahami pesan yang akan disampaikan guru. Jika lagu wajib nasional dianggap masih terlalu sulit untuk anak, maka guru bisa menciptakan lagu sendiri yang sesuai untuk anak usia dini.
Guru diberikan kebebasan untuk mengembangkan kreativitasnya di sekolah termasuk dalam menciptakan lagu. Lagu untuk anak usia dini biasanya dengan kalimat yang sederhana, mudah diucapkan, mudah dipahami dan dihafalkan. Lagu sebaiknya yang bernada riang gembira, karena hal ini akan merangsang perkembangan otak anak, anak terbiasa untuk selalu riang dalam bekerja, cepat dalam menghadapi dan memutuskan masalah, tidak cepat putus asa.
Sedangkan jika tujuannya hanya untuk memperdengarkan musik pada anak, bisa dengan lagu atau instrumen musik yang lebih halus dan tenang. Misalnya, lagu Kebangsaan Indonesia Pusaka, Syukur, Tanah Air.
Dengan demikian, generasi muda yang akan datang tidak ada lagi yang tidak mengenal sejarah masa lalu.
Ada sedikit pengalaman sekaligus cerita, ketika itu penulis mengikuti upacara peringatan hari Pahlawan tanggal 10 Nopember tingkat kabupaten, pada acara tabur bunga sekelompok peserta upacara yang berbaris di kelompok tamu dan undangan, yang kalau kita lihat mereka dari instansi yang terhormat, karena pakaian mereka perlente, menggunakan jas dan berdasi, gagah dan berwibawa. Tetapi ketika pimpinan upacara diikuti tamu undangan yang lain melaksanakan tabur bunga, kelompok yang menggunakan pakaian jas dan berdasi tersebut tidak mau mengikuti dan melaksanakan tabur bunga.
Hati kecil penulis bertanya, ada apa gerangan…..kenapa para beliau itu tidak mau melaksanakan tabur bunga?

Kamis, 11 Juni 2009

OPINI MINGGU INI

Ancaman yang potensial terjadi terhadap Indonesia saat ini adalah ancaman non-militer, yang bisa disebabkan oleh tidak stabilnya kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Jika persoalan sosial dan ekonomi tidak menjadi perhatian, maka ancaman non-militer bisa menjadi ancaman yang tidak kalah dahsyatnya dengan ancaman militer. (Amanat KSAD Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo, dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Wakil KSAD Letjen TNI J. Suryo Prabowo, saat membuka seminar ketahanan pangan yang diselenggarakan oleh Kodam III/Siliwangi di Hotel Grand Preanger Bandung, Kamis (11/6).

Rabu, 10 Juni 2009

PERJALANAN DI SAAT AKU CUTI

sore itu langit diselimuti mendung, dengan hati yang mantap aku berangkat ke bandung dalam rangka cuti tahunan. semalam aku menempuh perjalanan, rasa penat, ngantuk aku tahan yang akhirnya pagi-pagi buta saya menginjakkan kakiku di kota kembang. sambil sedikit mengingat-ingat jalan karena hampir 5 tahun aku tinggalkan tartar sunda karena negara memanggil aku untuk bertugas di tanah kelahiranku, magetan.
berbagai fenomena aku temui sepanjang perjalanan, mulai dari jalan yang disana sini hancur bak kubangan kerbau sampai anak-anak yang belum waktunya mencari uang dengan terpaksa harus berpanas-panas dan berhujan-hujan hanya untuk berharap uang receh, sehingga sedikit menghambat perjalananku.
kenyamanan di jalan raya juga sedikit terganggu dengan buruknya kondisi jalan yang berlubang-lubang bak kubangan kerbau. padahal setahuku, aku juga rajin membayar pajak kendaraan, malah kalau terlambat bayar kita harus membayar denda yang tidak kecil, lantas dikemanakan uang pajak yang rutin kita bayar tiap tahun ini.
sejauh mata memandang, kita melihat spanduk dengan berbagai ukuran menempel dan berkibar yang menandakan bahwa negara kita sedang melaksanakan pesta demokrasi.
benarkah para beliau-beliau nanti akan menepati janjinya ?
tanyakan pada pohon yang ditempeli poster-poster itu, mungkin ada pesan kepada pohon-pohon itu untuk menyampaikan kepada kita ......

Selasa, 26 Mei 2009

opini

''Memperjuangkan demokrasi lebih sulit daripada menjatuhkan rezim yang zalim dan otoriter" (Larry Diamond, pakar politik Stanford University).

Minggu, 18 Januari 2009

MAU DIBAWA KEMANAKAH NEGERI INI

reformasi sudah berjalan 10 tahun, semenjak runtuhnya orde baru. tetapi apa yang kita dapatkan dari perubahan tersebut ? kebebasan ..... ? hanya itu mungkin, tapi kita tidak tahu dampak apa yang terjadi ketika orang bebas menyampaikan apa saja yang mereka maui. banyak pemimpin-pemimpin kita sebelum menjabat adalah orang-orang yang pandai mengkritik pemrintah, tetapi ketika sudah duduk di tempat yang enak, mereka langsung diam (enak juga rupanya, gumam mereka).
di media elektronik kita sering melihat acara-acara yang menampilkan diskusi, mulai dari pakar hukum, politik, pakar .... apa saja, tokoh ini tokoh itu, pengamat ini pengamat itu, dari yayasan ini dan yayasan itu. tadak usah jauh-jauh kita melihat dan mendengar, ketika harga LPG dinaikkan oleh pemerintah, dari yang mengaku perwakilan YLKI teriak-teriak tidak setuju, dengan dalih rakyat kecil dan setiap detik muncul di media elektronik (TV), ehhhhh.... lama-lama hilang dari layar kaca dan ironisnya kenaikan tetap saja berjalan.
kenapa kok tidak sampai berhasil, kenapa kok tidak dilanjutkan perjuangannya membela rakyat kecil, kenapa tidak dibela sampai titik darah penghabisan ?
apa yang teriak-teriak itu sudah ditutup dengan lembaran rupiah...?
jadi kesimpulan saya, di negeri ini tidak ada yang tidak berbau kolosi, korupsi, nepotisme, lantas kalau terus menerus begini, MAU DIBAWA KEMANA NEGERI NAN BESAR INI..............?

PESTA DEMOKRASI atau PESTA MENGHABISKAN UANG RAKYAT

kita melihat di media massa atau di media elektronik orang-orang yang haus kekuasaan dan haus jabatan berorasi, ada yang menjadi caleg tingkat kabupaten, propinsi, bahkan pusat. juga kita lihat beberapa dari anak bangsa kita, ingin maju menjadi pemimpin negara. dengan dalih demi rakyat, mereka mengobral janji-janji. mulai dari kesehatan gratis, sekolah gratis, menjanjikan lapangan pekerjaan, termasuk ingin membuat rakyat tidak kelaparan.
semua hanya janji dan isapan jempol belaka, karena begitu sudah duduk di kursi empuk dan ruangan ber-AC, mereka lupa dengan janji mereka ketika mereka masih menjadi calon. boro-boro berpikir untuk rakyat, mereka lebih berkonsentrasi mencari jalan bagaimana bisa mendapatkan uang untuk pengganti dana yang mereka keluarkan ketika mereka masih menjadi calon, karena notabenenya mereka menggunakan uang untuk mempermudah menarik simpati rakyat.
belum lama penulis mendengar crita dari tetangga sebelah, bahwa mertua temannya sekarang jadi CAMAT dan untuk sebuah jabatan tsb. mertua temannya teman penulis harus merogoh kocek sebasar 100 juta, waoo....... nominal yang fantastis. lantas pertanyaannya, bisakah uang sebesar itu bisa kembali kalau hanya mengandalkan gaji pegawai negeri golongan IV, ironis khan.....? jawabnya, ya.... GITULAH !